Senin, 27 Mei 2013 0 komentar

Dahsyatnya kalimat لا اله الا الله



Abu hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda Perbaharuilah iman kepercayaanmu. Ditanya : Bagaimana memperbaharui iman ya Rasulullah?
Jawab Nabi s.a.w : Perbanyakiah membaca : La ilaha illallah. (H.R. Ahmad, Al-hakim).
Usman bin Malik r.a. Nabi s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan api neraka terhadap orang yang telah berkata : La ilaha illallah benar-benar mengharap keridhoan Allah (dengan ikhlas)."   (H.R. Bukhari Muslim)
Syaidina Ali r.a. berkata ; Nabi s.a.w. bersabda : Jibril a.s. berkata : Allah ta'ala berfirman : "La ilaha illallah itu sebagai bentengku, maka siapa yang masuk kedalaitinya aman dari siksaKu."  (H.R. Ibn Asakir).
Abud-Dardaa r.a. berkata ; Nabi s.a.w. bersabda ; " Tiada seorang yang membaca : la ilaha illallah seratus kali, melainkan akan dibangkitkan oleh Allah pada hari qiyamat dengan wajah yang bagaikan bulan purnama, dan tiada seorang yang berbuat amal lebih afdhal dari padanya pada hari itu kecuali yang membaca seperti itu atau melebihi dari itu."  (H.R. Atthabarani).
Ummi Hani' r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : "Kalimat La ilaha illallah itu tidak dapat dikejar oleh lain amal, dan tidak meninggalkan dosa (Ya'ni tidak ada amal yang lebih besar dari padanya, dan semua dosa dapat dihapus sehingga tidak ada sisanya)." (H.R. Ibn Majah).
Jabir r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : "Dzikir yang utama ialah La ilaha illallah, dan do'a yang utama ialah Alhamdulillah."  (H.R, Attirmidzi, Annasa'i).
Abu Said Al-khudri r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : Nabi Musa a.s. berdo'a : "Ya Rabbi ajarkan padaku sesuatu untuk berdzikir padaMu." Jawab Allah : Bacalah : La ilaha illallah. Musa berkata : Ya Rabbi semua orang membaca itu, dan aku ingin yang istimewa untukku. Jawab Allah : "Hai Musa andaikata tujuh lapisan langit dan penghuninya dan tujuh lapisan bumi diletakkan disebelah timbangan La ilaha iilallah, niscaya akan lebih berat kalimat : La ilaha iilallah melebihi dari semua itu."  (H.R. Annasa'i).
Abubakar r.a. berkata : Lazimkan selalu kalimat : Lailaha iilallah dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya, sebab Iblis berkata : Aku telah membinasakan manusia dengan dosa, dan mereka membinasakan aku dengan membaca La ilaha illallah dan istighfar, ketika demikian maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, maka mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayat (dan benar).  (H.R. Abu Ya'la)
Abu hurairah r.a. berkata : Ketika Malakul-maut menghadiri seorang yang mati, maka ia menyelidiki semua anggautanya, dan tidak menemukan amal kebaikan, kemudian membelah hatinya juga tidak menemukan amal kebaikan, kemudian dibuka mulutnya, tiba-tiba menemukan lidah lekat pada bagian atgs mulut membaca : La ilaha illallah, maka diampunkan baginya karena ada kalimat ikhlas itu.   (H.R. Ibn Abi Dunia, dan Albaihaqi).
Mu'adz bin Jabal r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda ; Siapa yang akhir perkataannya kalimat : La ilaha illallah pasti ia masuk surga  (H.R. Abu Dawud, Ahmad). 

Semoga Allah yang maha murah dan pengasih mengakhiri kalimat kita didunia ini kalimat tauhid, La ilaha illallah, Aamiin Yaa Robbal 'alamiin..

Sumber : sarkub.com
0 komentar

Kurma Untuk Sang Anak

Dalam keadaan yang paling menderita sekalipun, seorang ibu akan senantiasa mengutamakan kebahagiaan anaknya di atas dirinya. Memandang sang anak tersenyum manis, tertawa riang, merupakan kebahagiaan yang tiada tara bagi sang Ibu.
Suatu hari, seorang wanita miskin bersama kedua anak perempuannya yang masih kecil mendatangi Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau pun segera memberikan tiga butir kurma yang dimilikinya kepada wanita itu. Ia kemudian memberikan kepada masing-masing anaknya sebutir kurma. Ketika wanita itu hendak memakan sebutir kurma yang tersisa, kedua putrinya meminta kurma yang akan dimakannya. Sang ibu yang penuh kasih pun segera membelah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikan setiap bagian kepada kedua putrinya. Pemandangan ini sangat menyentuh hati Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sehingga beliau pun menceritakannya kepada Rasulullah saw. Mendengar penuturan istrinya tercinta, Rasulullah saw pun bersabda:
Sesungguhnya Allah telah memastikan wanita itu untuk masuk Surga, atau menyelamatkannya dari siksa Neraka.” (HR Muslim)

Sumber : sarkub.com
0 komentar

Menabur Benih Gandum Sembari Berdzikir


Di sebuah desa, di dekat kota Thus tinggallah seorang hamba Allah yang saleh. Imam Ghazali yang telah kembali ke kota Thus pun segera mengunjunginya. Menyaksikan kedatangan Imam Ghazali, orang saleh yang sedang menabur benih gandum di kebunnya tersebut, serta merta menyambutnya. Salah seorang teman orang saleh itu bermaksud menggantikannya menabur benih gandum sementara dia menemui Imam Ghazali, namun orang saleh tersebut menolak permintaannya.
Dalam hati, Imam Ghazali bertanya-tanya, mengapa ia tidak mau digantikan? Beberapa waktu kemudian beliau pun menanyakan alasan orang saleh itu tidak membiarkan temannya menggantikannya menabur benih gandum tersebut. Orang saleh itu pun menjawab, “Aku selalu menabur benih gandum ini dengan hati yang khusyuk dan lisan yang berdzikir kepada Allah. Aku berharap agar setiap orang yang memanen gandum ini nantinya memperoleh keberkahan. Karena itulah aku tidak menyerahkan benih ini kepada seseorang yang akan menaburnya dengan hati yang tidak khusyuk dan lisan yang tidak berdzikir kepada Allah.
Orang-orang saleh terdahulu selalu menanamkan niat yang baik dalam setiap gerak dan diam mereka. Karena itulah, kehidupan orang-orang saleh terdahulu diliputi keberkahan. Lain halnya dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Saat ini, jangankan ketika menanam benih, dalam shalat pun kita sering lupa dan tidak mengingat Allah. Yang teringat adalah dunia; anak, pasangan hidup, pekerjaan, dan berbagai kegiatan duniawi yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Alangkah indahnya jika kita dapat mencontoh akhlak orang saleh dalam kisah di atas. Bagaimana kiranya jika ketika menanak nasi, memasak di dapur, menyuapi anak, dan sejenisnya, semua itu dilakukan sembari berdzikir kepada Allah….?

« Ta’riful Ahya Bifadhailil Ihya, Darul Fikr, Beirut, Juz.I, Hal.172

Sumber : sarkub.com

Senin, 27 Mei 2013

Dahsyatnya kalimat لا اله الا الله

Diposting oleh My Simple Blog di 21.26 0 komentar


Abu hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda Perbaharuilah iman kepercayaanmu. Ditanya : Bagaimana memperbaharui iman ya Rasulullah?
Jawab Nabi s.a.w : Perbanyakiah membaca : La ilaha illallah. (H.R. Ahmad, Al-hakim).
Usman bin Malik r.a. Nabi s.a.w. bersabda : "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan api neraka terhadap orang yang telah berkata : La ilaha illallah benar-benar mengharap keridhoan Allah (dengan ikhlas)."   (H.R. Bukhari Muslim)
Syaidina Ali r.a. berkata ; Nabi s.a.w. bersabda : Jibril a.s. berkata : Allah ta'ala berfirman : "La ilaha illallah itu sebagai bentengku, maka siapa yang masuk kedalaitinya aman dari siksaKu."  (H.R. Ibn Asakir).
Abud-Dardaa r.a. berkata ; Nabi s.a.w. bersabda ; " Tiada seorang yang membaca : la ilaha illallah seratus kali, melainkan akan dibangkitkan oleh Allah pada hari qiyamat dengan wajah yang bagaikan bulan purnama, dan tiada seorang yang berbuat amal lebih afdhal dari padanya pada hari itu kecuali yang membaca seperti itu atau melebihi dari itu."  (H.R. Atthabarani).
Ummi Hani' r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : "Kalimat La ilaha illallah itu tidak dapat dikejar oleh lain amal, dan tidak meninggalkan dosa (Ya'ni tidak ada amal yang lebih besar dari padanya, dan semua dosa dapat dihapus sehingga tidak ada sisanya)." (H.R. Ibn Majah).
Jabir r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : "Dzikir yang utama ialah La ilaha illallah, dan do'a yang utama ialah Alhamdulillah."  (H.R, Attirmidzi, Annasa'i).
Abu Said Al-khudri r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda : Nabi Musa a.s. berdo'a : "Ya Rabbi ajarkan padaku sesuatu untuk berdzikir padaMu." Jawab Allah : Bacalah : La ilaha illallah. Musa berkata : Ya Rabbi semua orang membaca itu, dan aku ingin yang istimewa untukku. Jawab Allah : "Hai Musa andaikata tujuh lapisan langit dan penghuninya dan tujuh lapisan bumi diletakkan disebelah timbangan La ilaha iilallah, niscaya akan lebih berat kalimat : La ilaha iilallah melebihi dari semua itu."  (H.R. Annasa'i).
Abubakar r.a. berkata : Lazimkan selalu kalimat : Lailaha iilallah dan istighfar, perbanyaklah membaca keduanya, sebab Iblis berkata : Aku telah membinasakan manusia dengan dosa, dan mereka membinasakan aku dengan membaca La ilaha illallah dan istighfar, ketika demikian maka aku binasakan mereka dengan hawa nafsu, maka mereka mengira bahwa dirinya telah mendapat hidayat (dan benar).  (H.R. Abu Ya'la)
Abu hurairah r.a. berkata : Ketika Malakul-maut menghadiri seorang yang mati, maka ia menyelidiki semua anggautanya, dan tidak menemukan amal kebaikan, kemudian membelah hatinya juga tidak menemukan amal kebaikan, kemudian dibuka mulutnya, tiba-tiba menemukan lidah lekat pada bagian atgs mulut membaca : La ilaha illallah, maka diampunkan baginya karena ada kalimat ikhlas itu.   (H.R. Ibn Abi Dunia, dan Albaihaqi).
Mu'adz bin Jabal r.a. berkata : Nabi s.a.w. bersabda ; Siapa yang akhir perkataannya kalimat : La ilaha illallah pasti ia masuk surga  (H.R. Abu Dawud, Ahmad). 

Semoga Allah yang maha murah dan pengasih mengakhiri kalimat kita didunia ini kalimat tauhid, La ilaha illallah, Aamiin Yaa Robbal 'alamiin..

Sumber : sarkub.com

Kurma Untuk Sang Anak

Diposting oleh My Simple Blog di 21.20 0 komentar
Dalam keadaan yang paling menderita sekalipun, seorang ibu akan senantiasa mengutamakan kebahagiaan anaknya di atas dirinya. Memandang sang anak tersenyum manis, tertawa riang, merupakan kebahagiaan yang tiada tara bagi sang Ibu.
Suatu hari, seorang wanita miskin bersama kedua anak perempuannya yang masih kecil mendatangi Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. Beliau pun segera memberikan tiga butir kurma yang dimilikinya kepada wanita itu. Ia kemudian memberikan kepada masing-masing anaknya sebutir kurma. Ketika wanita itu hendak memakan sebutir kurma yang tersisa, kedua putrinya meminta kurma yang akan dimakannya. Sang ibu yang penuh kasih pun segera membelah kurma itu menjadi dua bagian dan memberikan setiap bagian kepada kedua putrinya. Pemandangan ini sangat menyentuh hati Sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, sehingga beliau pun menceritakannya kepada Rasulullah saw. Mendengar penuturan istrinya tercinta, Rasulullah saw pun bersabda:
Sesungguhnya Allah telah memastikan wanita itu untuk masuk Surga, atau menyelamatkannya dari siksa Neraka.” (HR Muslim)

Sumber : sarkub.com

Menabur Benih Gandum Sembari Berdzikir

Diposting oleh My Simple Blog di 21.16 0 komentar

Di sebuah desa, di dekat kota Thus tinggallah seorang hamba Allah yang saleh. Imam Ghazali yang telah kembali ke kota Thus pun segera mengunjunginya. Menyaksikan kedatangan Imam Ghazali, orang saleh yang sedang menabur benih gandum di kebunnya tersebut, serta merta menyambutnya. Salah seorang teman orang saleh itu bermaksud menggantikannya menabur benih gandum sementara dia menemui Imam Ghazali, namun orang saleh tersebut menolak permintaannya.
Dalam hati, Imam Ghazali bertanya-tanya, mengapa ia tidak mau digantikan? Beberapa waktu kemudian beliau pun menanyakan alasan orang saleh itu tidak membiarkan temannya menggantikannya menabur benih gandum tersebut. Orang saleh itu pun menjawab, “Aku selalu menabur benih gandum ini dengan hati yang khusyuk dan lisan yang berdzikir kepada Allah. Aku berharap agar setiap orang yang memanen gandum ini nantinya memperoleh keberkahan. Karena itulah aku tidak menyerahkan benih ini kepada seseorang yang akan menaburnya dengan hati yang tidak khusyuk dan lisan yang tidak berdzikir kepada Allah.
Orang-orang saleh terdahulu selalu menanamkan niat yang baik dalam setiap gerak dan diam mereka. Karena itulah, kehidupan orang-orang saleh terdahulu diliputi keberkahan. Lain halnya dengan kita yang hidup di zaman sekarang. Saat ini, jangankan ketika menanam benih, dalam shalat pun kita sering lupa dan tidak mengingat Allah. Yang teringat adalah dunia; anak, pasangan hidup, pekerjaan, dan berbagai kegiatan duniawi yang mewarnai kehidupan kita sehari-hari. Alangkah indahnya jika kita dapat mencontoh akhlak orang saleh dalam kisah di atas. Bagaimana kiranya jika ketika menanak nasi, memasak di dapur, menyuapi anak, dan sejenisnya, semua itu dilakukan sembari berdzikir kepada Allah….?

« Ta’riful Ahya Bifadhailil Ihya, Darul Fikr, Beirut, Juz.I, Hal.172

Sumber : sarkub.com
 
;